Kenali dirimu, cari kelemahan dirimu, dan jadikan kelemahanmu sebagai penopang semangat yg menghasilkan kekuatan untukmu \(^▿^)/
Rabu, 21 Maret 2012
Manfaat Mendengarkan Musik
Mendengarkan musik bukanlah sekedar hiburan semata. Tanpa Anda sadari, alunan musik sebenarnya telah memberikan perubahan suasana hati dan bahkan membantu Anda untuk berkonsentrasi.
Selasa, 13 Maret 2012
Tips mengatasi menghadapi pacar posesif pasangan egois. Punya pacar yang posesif pada awal hubungan memang akan membuat kita tersanjung, karena mungkin kita merasa dia benar-benar perhatian dan mencintai kita seolah-olah dia tidak mau ada cewek lain yang berhubungan dengan kita. Secara, pacar akan selalu berusaha menunjukkan perhatian yang besar dan terlihat seperti curahan kasih sayang yang menyenangkan.
Tapi jangan salah, lama kelamaan sikap posesif jadi nggak menyenangkan atau bahkan cenderung mengganggu. Bahkan, segala pengekakangan yang dilakukan si posesif akan membuat kamu seperti berada di dalam ‘penjara’ cinta dan tak lagi punya privasi.
Parahnya lagi, kalo si posesif udah mulai mengendalikan segala aktivitas dan menerapkan berbagai macam aturan untuk dipatuhi. Nggak boleh ini, nggak boleh itu, harus begini, harus begitu. Belum lagi banyaknya pertanyaan penuh curiga atau bahkan aneka ancaman yang nggak enak didengar kalo aturan si pacar dilanggar. Pastinya bikin bete kan?
Lantas, kenapa sih orang bisa menjadi bersikap posesif sama pasangannya?
“Ada banyak hal yang membuat orang jadi bersikap posesif. Misalnya aja pernah mengalami pengalaman tak menyenangkan seperti korban perceraian, dibohongi, atau pengalaman buruk lainnya,”ungkap Mbak Dinuriza Lauzi, Psikolog Remaja kota Batam yang akrab disapa Mbak Nissa.
Pengalaman pernah dibohongi atau dikhianati pacar sebelumnya juga bisa membuat seseorang jadi bersikap posesif ketika menjalin hubungan baru. Tentunya dengan alasan nggak pengen dikhianati lagi untuk yang kesekian kalinya.
Rasa takut dikhianati itulah yang terkadang membuat seseorang cenderung mengawasi, mengendalikan, mendominasi pasangan secara berlebihan. Hingga melupakan kalo orang lain juga butuh kebebasan, privasi, serta punya kehidupan sendiri yang tak bisa dikendalikan orang lain dengan seenaknya.
“Selain dipicu rasa trauma, sikap posesif juga bisa muncul karena rasa sayang yang berlebihan pada pasangannya. Atau bisa juga karena dia merasa ‘tidak aman’ terhadap hubungan yang lagi terjalin, nggak pede dengan dirinya sendiri, curiga berlebihan dan banyak lagi,”jelas Mbak Nissa.
Sebut saja, karena pacarnya kembang sekolah atau orang ditaksir banyak orang, bintang sekolah atau sosok yang memang benar-benar disukai banyak orang. Rasa takut bakal kehilangan pacar itulah yang kerap membuat orang jadi bersikap posesif.
Selain rasa sayang yang berlebihan, sikap posesif ternyata bisa juga lho jadi cara seseorang menutupi kesalahan yang sedang dilakukannya. Misalnya aja, takut ketauan karena selingkuh, seseorang jadi berusaha menampilkan sesuatu yang beda sama pacarnya. Berusaha menunjukkan kasih sayang agar tak ketauan salah hingga akhirnya berujung pada sikap posesif. (*)
Justru Makin Posesif Kalo Dibohongi
MENGHADAPI pacar yang posesif memang nggak mudah. Soalnya, kebanyakan orang posesif akan selalu berusaha menunjukkan ‘kekuasaan’ lewat hal-hal yang kadang terasa nggak masuk akal. Tak hanya penuh larangan, tapi juga ancaman hingga perlakuan kasar lewat tamparan, tendangan, makian, atau hal-hal lain yang sifatnya kekerasan.
Itu karena, orang yang posesif cenderung pengen menguasai, mendominasi, dan mengendalikan orang yang disukai serta disayanginya. Jadi, jangan heran kalo si posesif akan selalu menjadi dalang yang bisa seenaknya mengendalikan pacarnya seperti wayang atau boneka kayu.
Sebagai manusia normal, setiap orang pastinya nggak mau dong hidup di bawah kendali orang lain. Tapi, rasa sayang terhadap pasangan kerap membuat orang lebih suka mengalah walau sering mengalami perlakuan nggak enak.
Ujung-ujungnya, seseorang lebih memilih untuk berbohong saat pengen melakukan sesuatu. Alasannya sih beragam, karena nggak pengen membuat pacar marah, malas ribut atau alasan lain.
Sekilas, kebohongan yang dilakukan terutama kalo nggak ketauan memang nggak akan jadi masalah besar. Tapi sebenarnya, bagi orang yang posesif, menerima kebohongan dari orang yang disayangi justru akan memicu ledakan kemarahan.
“Biasanya sih, orang yang posesif akan semakin marah saat tahu dibohongi oleh orang yang disayanginya. Dan akibatnya, akan semakin buruk. Bisa semakin menjadi posesif, atau bahkan semakin mengekang pacarnya agar tak terjadi kebohongan lagi,”ungkap Mbak Dinuriza Lauzi atau Mbak Nissa.
Jadi, daripada nekat berbohong yang berpeluang ketauan, lebih baik bicara terus terang dan membuka komunikasi dengan pacar kalo memang ada kepentingan. Lewat komunikasi yang baik, pacar pasti mau memahami keinginan kamu. (*)
Akhiri Aja Kalo Hubungan Udah Nggak Sehat
BAGI orang yang posesif, ada cukup banyak cara yang bisa ditempuh untuk menunjukkan dominasinya di mata pasangan. Mulai menyusun sejumlah aturan yang mengikat, ancaman kalo melanggar, sampai tindakan kekerasan.
Selama dampak dari sikap posesif masih dalam tahap yang bisa ditolerir, pastinya tak ada masalah. Tapi, kalo dampaknya udah menyakiti Youngsters atau menyakiti dirinya sendiri akan jauh lebih baik kalo segera diakhiri.
Soalnya, hubungan yang tujuan awalnya pengen membangun kasih sayang tapi kalo justru menjadi ajang saling menyakiti kenapa juga harus dipertahankan?
Memang sih, bukan hal mudah mengakhiri hubungan dengan orang posesif. Karena, akan ada banyak intimidasi baik secara fisik, verbal maupun secara psikis. Tapi, kalo Youngsters nggak pengen menghabiskan hidup dalam ‘penjara’, memutuskan hubungan akan menjadi jalan yang bisa dipertimbangkan.
Apalagi, kalo pacar kamu udah mulai main kasar dan menyakiti tak hanya perasaan tapi juga fisik. Secara, masih banyak juga cowok yang lebih baik dari pacar kita saat ini. Artinya, kalo pacar udah membuat hubungan nggak sehat, udah saatnya diakhiri.
“Memang sangat dibutuhkan ketegasan saat mengambil keputusan sebelum mengakhiri sebuah hubungan. Karena, bisa saja si posesif melakukan tindakan nekat yang kadang memunculkan kembali rasa ragu dalam mengambil keputusan,”jelas Mbak Nissa.
Sebut saja, ancaman bunuh diri, menyilet leher, nggak mau sekolah lagi atau banyak alasan lain yang bisa aja memunculkan beban dan rasa khawatir kamu sebagai pacarnya.
Sehingga, sebelum keputusan putus diambil, tak ada salahnya meminta bantuan pada orang yang terbuka dan kita percaya. Setidaknya, ada orang lain yang memahami persoalan yang sedang kamu hadapi. Misalnya aja sahabat atau orang yang dekat ama kamu.
Lalu gimana dong kalo pacar nggak mau putus dan justru berjanji akan berubah?
“Kalo Youngsters masih sayang dan yakin bisa bertahan, nggak ada salahnya juga memberikan kesempatan kedua pada pacar untuk berubah. Tapi, kalo kesempatan itu tak dimanfaatkan dengan baik, semuanya kembali pada Youngsters apakah sanggup menjalani hubungan tak sehat tersebut,”jelasnya.
Tak ada salahnya juga lho mengajak pacar untuk meminta bantuan psikolog. Karena sebenarnya, bukan orang lain aja yang nggak nyaman tapi orang yang posesif pun sebenarnya tak bisa hidup tenang dan penuh dengan perasaan curiga.
Tapi jangan salah, lama kelamaan sikap posesif jadi nggak menyenangkan atau bahkan cenderung mengganggu. Bahkan, segala pengekakangan yang dilakukan si posesif akan membuat kamu seperti berada di dalam ‘penjara’ cinta dan tak lagi punya privasi.
Parahnya lagi, kalo si posesif udah mulai mengendalikan segala aktivitas dan menerapkan berbagai macam aturan untuk dipatuhi. Nggak boleh ini, nggak boleh itu, harus begini, harus begitu. Belum lagi banyaknya pertanyaan penuh curiga atau bahkan aneka ancaman yang nggak enak didengar kalo aturan si pacar dilanggar. Pastinya bikin bete kan?
Lantas, kenapa sih orang bisa menjadi bersikap posesif sama pasangannya?
“Ada banyak hal yang membuat orang jadi bersikap posesif. Misalnya aja pernah mengalami pengalaman tak menyenangkan seperti korban perceraian, dibohongi, atau pengalaman buruk lainnya,”ungkap Mbak Dinuriza Lauzi, Psikolog Remaja kota Batam yang akrab disapa Mbak Nissa.
Pengalaman pernah dibohongi atau dikhianati pacar sebelumnya juga bisa membuat seseorang jadi bersikap posesif ketika menjalin hubungan baru. Tentunya dengan alasan nggak pengen dikhianati lagi untuk yang kesekian kalinya.
Rasa takut dikhianati itulah yang terkadang membuat seseorang cenderung mengawasi, mengendalikan, mendominasi pasangan secara berlebihan. Hingga melupakan kalo orang lain juga butuh kebebasan, privasi, serta punya kehidupan sendiri yang tak bisa dikendalikan orang lain dengan seenaknya.
“Selain dipicu rasa trauma, sikap posesif juga bisa muncul karena rasa sayang yang berlebihan pada pasangannya. Atau bisa juga karena dia merasa ‘tidak aman’ terhadap hubungan yang lagi terjalin, nggak pede dengan dirinya sendiri, curiga berlebihan dan banyak lagi,”jelas Mbak Nissa.
Sebut saja, karena pacarnya kembang sekolah atau orang ditaksir banyak orang, bintang sekolah atau sosok yang memang benar-benar disukai banyak orang. Rasa takut bakal kehilangan pacar itulah yang kerap membuat orang jadi bersikap posesif.
Selain rasa sayang yang berlebihan, sikap posesif ternyata bisa juga lho jadi cara seseorang menutupi kesalahan yang sedang dilakukannya. Misalnya aja, takut ketauan karena selingkuh, seseorang jadi berusaha menampilkan sesuatu yang beda sama pacarnya. Berusaha menunjukkan kasih sayang agar tak ketauan salah hingga akhirnya berujung pada sikap posesif. (*)
Justru Makin Posesif Kalo Dibohongi
MENGHADAPI pacar yang posesif memang nggak mudah. Soalnya, kebanyakan orang posesif akan selalu berusaha menunjukkan ‘kekuasaan’ lewat hal-hal yang kadang terasa nggak masuk akal. Tak hanya penuh larangan, tapi juga ancaman hingga perlakuan kasar lewat tamparan, tendangan, makian, atau hal-hal lain yang sifatnya kekerasan.
Itu karena, orang yang posesif cenderung pengen menguasai, mendominasi, dan mengendalikan orang yang disukai serta disayanginya. Jadi, jangan heran kalo si posesif akan selalu menjadi dalang yang bisa seenaknya mengendalikan pacarnya seperti wayang atau boneka kayu.
Sebagai manusia normal, setiap orang pastinya nggak mau dong hidup di bawah kendali orang lain. Tapi, rasa sayang terhadap pasangan kerap membuat orang lebih suka mengalah walau sering mengalami perlakuan nggak enak.
Ujung-ujungnya, seseorang lebih memilih untuk berbohong saat pengen melakukan sesuatu. Alasannya sih beragam, karena nggak pengen membuat pacar marah, malas ribut atau alasan lain.
Sekilas, kebohongan yang dilakukan terutama kalo nggak ketauan memang nggak akan jadi masalah besar. Tapi sebenarnya, bagi orang yang posesif, menerima kebohongan dari orang yang disayangi justru akan memicu ledakan kemarahan.
“Biasanya sih, orang yang posesif akan semakin marah saat tahu dibohongi oleh orang yang disayanginya. Dan akibatnya, akan semakin buruk. Bisa semakin menjadi posesif, atau bahkan semakin mengekang pacarnya agar tak terjadi kebohongan lagi,”ungkap Mbak Dinuriza Lauzi atau Mbak Nissa.
Jadi, daripada nekat berbohong yang berpeluang ketauan, lebih baik bicara terus terang dan membuka komunikasi dengan pacar kalo memang ada kepentingan. Lewat komunikasi yang baik, pacar pasti mau memahami keinginan kamu. (*)
Akhiri Aja Kalo Hubungan Udah Nggak Sehat
BAGI orang yang posesif, ada cukup banyak cara yang bisa ditempuh untuk menunjukkan dominasinya di mata pasangan. Mulai menyusun sejumlah aturan yang mengikat, ancaman kalo melanggar, sampai tindakan kekerasan.
Selama dampak dari sikap posesif masih dalam tahap yang bisa ditolerir, pastinya tak ada masalah. Tapi, kalo dampaknya udah menyakiti Youngsters atau menyakiti dirinya sendiri akan jauh lebih baik kalo segera diakhiri.
Soalnya, hubungan yang tujuan awalnya pengen membangun kasih sayang tapi kalo justru menjadi ajang saling menyakiti kenapa juga harus dipertahankan?
Memang sih, bukan hal mudah mengakhiri hubungan dengan orang posesif. Karena, akan ada banyak intimidasi baik secara fisik, verbal maupun secara psikis. Tapi, kalo Youngsters nggak pengen menghabiskan hidup dalam ‘penjara’, memutuskan hubungan akan menjadi jalan yang bisa dipertimbangkan.
Apalagi, kalo pacar kamu udah mulai main kasar dan menyakiti tak hanya perasaan tapi juga fisik. Secara, masih banyak juga cowok yang lebih baik dari pacar kita saat ini. Artinya, kalo pacar udah membuat hubungan nggak sehat, udah saatnya diakhiri.
“Memang sangat dibutuhkan ketegasan saat mengambil keputusan sebelum mengakhiri sebuah hubungan. Karena, bisa saja si posesif melakukan tindakan nekat yang kadang memunculkan kembali rasa ragu dalam mengambil keputusan,”jelas Mbak Nissa.
Sebut saja, ancaman bunuh diri, menyilet leher, nggak mau sekolah lagi atau banyak alasan lain yang bisa aja memunculkan beban dan rasa khawatir kamu sebagai pacarnya.
Sehingga, sebelum keputusan putus diambil, tak ada salahnya meminta bantuan pada orang yang terbuka dan kita percaya. Setidaknya, ada orang lain yang memahami persoalan yang sedang kamu hadapi. Misalnya aja sahabat atau orang yang dekat ama kamu.
Lalu gimana dong kalo pacar nggak mau putus dan justru berjanji akan berubah?
“Kalo Youngsters masih sayang dan yakin bisa bertahan, nggak ada salahnya juga memberikan kesempatan kedua pada pacar untuk berubah. Tapi, kalo kesempatan itu tak dimanfaatkan dengan baik, semuanya kembali pada Youngsters apakah sanggup menjalani hubungan tak sehat tersebut,”jelasnya.
Tak ada salahnya juga lho mengajak pacar untuk meminta bantuan psikolog. Karena sebenarnya, bukan orang lain aja yang nggak nyaman tapi orang yang posesif pun sebenarnya tak bisa hidup tenang dan penuh dengan perasaan curiga.
Sabtu, 10 Maret 2012
5 Hal yang wajib di ketahui perempuan
Posted by sahabat malam , at 2:51 AM
Tahukah kamu Pengorbanan Seorang Pria Yang Kadang Tidak anda Diketahui wanita

1. Seorang anak laki-laki, dengan uang jajan seadanya.. diberi orang tuanya agar bisa makan di kantin sekolah, atau ongkos transportasi ke sekolah..
kalian merasa dia akan menggunakan semua uang jajannya?
dia selalu menabung untukmu tiap hari, menahan lapar, menahan segala ajakan teman untuk pergi bermain dan berharap cukup untuk mengajakmu pergi jalan-jalan di hari minggu nanti, mungkin hanya sekedar nonton atau pergi makan.
lalu ketika hari minggu yang dimaksud datang, engkau jawab: "duh, sori ni kek nya aku gak bisa pegi sama kamu hari ini soalnya diajakin keluarga pegi… maap"
kamu dah sukses menghancurkan perasaan, pengorbanan tu anak laki-laki.. mungkin mereka tak pernah menangis, atau pun curhat sama temannya, karna mereka itu jantan! mereka selalu menyimpan perasaannya seorang diri.
2. Ketika beranjak dewasa, para wanita cantik hanya akan pergi sama cowo yang punya kendaraan roda 4. ketika pria harus bersaing untuk mendapatkan dirimu, mereka akan lebih berhemat mati2an agar bisa mengajak mu untuk berkencan.
ketika engkau mau di ajak pergi, dan kaget untuk pertama kali engkau dijemput memakai motor, lalu engkau menjawab
”duh rambut gw rusak nih…”
”duh, siang bolong gini kamu ngajakin aku pergi… panas tau”
”duhhhh, debu, panas… laen kali aja deh ya?“
mungkin engkau tidak sadar mengatakannya.. tapi percaya lah.. hati mereka sakit..
3. Ketika sudah berkeluarga… anda tau? mereka kerja banting tulang seharian penuh untuk mencukupi kalian makan, tau pepatah ini gak?
"Seorang ayah makan telur ayam, sedangkan anak istrinya makan daging ayam"
Di benak seorang ayah, asalkan anak istrinya bahagia itu udah cukup..
kalo perlu gak makan, ato sekedar makan mi instan, asalkan anak istri bisa makan dia uda senang.. jangan suka menyia2kan uang hasil kerja keras suami mu itu..
4. Ketika punya anak, sudah meranjak dewasa.. dia kesulitan untuk membiayai keluarganya.. tapi ada satu hal yang harus kalian tau..
Walopun ayah/suami mu seorang perampok, pencuri, penjudi atau kriminal lainnya.. ketika uang itu diberikan pada mu.. dia ikhlas memberikannya padamu, dan RELA MENANGGUNG DOSA UNTUK MU
Pengorbanan seorang PRIA yang kadang tidak diketahui WANITA ini hanya untuk bahan renungan wanita saja dan memang tidak semua wanita seperti ini kok
Tahukah kamu Pengorbanan Seorang Pria Yang Kadang Tidak anda Diketahui wanita

1. Seorang anak laki-laki, dengan uang jajan seadanya.. diberi orang tuanya agar bisa makan di kantin sekolah, atau ongkos transportasi ke sekolah..
kalian merasa dia akan menggunakan semua uang jajannya?
dia selalu menabung untukmu tiap hari, menahan lapar, menahan segala ajakan teman untuk pergi bermain dan berharap cukup untuk mengajakmu pergi jalan-jalan di hari minggu nanti, mungkin hanya sekedar nonton atau pergi makan.
lalu ketika hari minggu yang dimaksud datang, engkau jawab: "duh, sori ni kek nya aku gak bisa pegi sama kamu hari ini soalnya diajakin keluarga pegi… maap"
kamu dah sukses menghancurkan perasaan, pengorbanan tu anak laki-laki.. mungkin mereka tak pernah menangis, atau pun curhat sama temannya, karna mereka itu jantan! mereka selalu menyimpan perasaannya seorang diri.
2. Ketika beranjak dewasa, para wanita cantik hanya akan pergi sama cowo yang punya kendaraan roda 4. ketika pria harus bersaing untuk mendapatkan dirimu, mereka akan lebih berhemat mati2an agar bisa mengajak mu untuk berkencan.
ketika engkau mau di ajak pergi, dan kaget untuk pertama kali engkau dijemput memakai motor, lalu engkau menjawab
”duh rambut gw rusak nih…”
”duh, siang bolong gini kamu ngajakin aku pergi… panas tau”
”duhhhh, debu, panas… laen kali aja deh ya?“
mungkin engkau tidak sadar mengatakannya.. tapi percaya lah.. hati mereka sakit..
3. Ketika sudah berkeluarga… anda tau? mereka kerja banting tulang seharian penuh untuk mencukupi kalian makan, tau pepatah ini gak?
"Seorang ayah makan telur ayam, sedangkan anak istrinya makan daging ayam"
Di benak seorang ayah, asalkan anak istrinya bahagia itu udah cukup..
kalo perlu gak makan, ato sekedar makan mi instan, asalkan anak istri bisa makan dia uda senang.. jangan suka menyia2kan uang hasil kerja keras suami mu itu..
4. Ketika punya anak, sudah meranjak dewasa.. dia kesulitan untuk membiayai keluarganya.. tapi ada satu hal yang harus kalian tau..
Walopun ayah/suami mu seorang perampok, pencuri, penjudi atau kriminal lainnya.. ketika uang itu diberikan pada mu.. dia ikhlas memberikannya padamu, dan RELA MENANGGUNG DOSA UNTUK MU
Pengorbanan seorang PRIA yang kadang tidak diketahui WANITA ini hanya untuk bahan renungan wanita saja dan memang tidak semua wanita seperti ini kok
Jumat, 09 Maret 2012
C I N T A
cinta adalah anugrah dari Yang Maha Kuasa dan itu sangat indah rasanya apabila kita tau betul apa itu makna cinta. sebenarnya makna cinta itu tidak hanya di miliki oleh lawan jenis saja, seseorang pasti semua di anugrahi cinta, jatuh cinta perasaan tertarik dengan lawan jenis, perasaan sayang dengan kerabat, teman orang tua, dan yang paling penting adalah cinta kepada Allah.
saya sendiri sudah pernah merasakan apa itu atau gimana rasanya di cintai dan mencintai orang.
dan itu rasanya sepeti tidak bisa di ungkapkan.
ketika seseorang sudah mulai jatuh cinta, yang ada di pikiran dia adalah hanya sosok yang membuat dia menjadi luluh, selalu memikirkannya, memberikan suatu perhatian yang lebih, dan yang pasti ada hasrat untuk selalu setiap saat bertemu dengannya.
cinta yang saya maksut di sana adalah cinta kepada lawan jenis. :D
pertama kali saya mengalami perasaan itu semenjak SD kelas 4, ketika saya mulai tertarik dengan seorang cowo, rasanya saya bersemangat ketika setiap waktu selalu ada dia. (kebetulan sekelas sama saya :))
masih ingat betul di pikiran saya pada waktu dimana ada saat yang membuat saya bahagia..hahahaha, sangat ingusan sekali apabila saya sudah merasakan apa itu cinta. tapi apa salahnya , toh itu juga salah satu tanda kan bahwa saya normal....hahaha :D
saya mencicipi pertama kali pacaran semenjak smp, ketika itu saya suangat tertarik dengan seorang cwo yang tipe saya baget. saya dan dia sangat singkat sekali, pada suatu saat saya dengan dia memilih untuk mengakhiri sebuah hubungan itu. -____-
pernah saya berpacaran dengan sesorang yang saya sama sekali tidak ada rasa dengan dia, mencoba sukapun saya tidak bisa. #kasian ya tuh cowo :D
tapi....karna saya merasa kalau apabila hubungan ini di teruskan , jadinya ya gak enak kan, gak ada perasaan saling mencintai :) akhirnya kami berpisah, dan sampai sekarang menjalin hubungan baik.
yang namanya mantan, ya kita kudu bisa menjaga suatu hubungan itu donk, gimanapun dia pernah mengisi hati kita, menjaga kita , dll :) setujuu (y) ??
selain itu saya juga pernah berpacaran dengan "Long Distance" atau pacaran dengan jarak jauh, untuk menjaga hubungan itu hanya memalui komunikasi secara tidak langsung saja, yaa, sesekali bertemu jika ada waktu.
hubungan kami kandas, karena saya merasa tidak cocok :D
kalo sekarang?
emmm, cerita gak yaa..???
-->>>to be continue
saya sendiri sudah pernah merasakan apa itu atau gimana rasanya di cintai dan mencintai orang.
dan itu rasanya sepeti tidak bisa di ungkapkan.
ketika seseorang sudah mulai jatuh cinta, yang ada di pikiran dia adalah hanya sosok yang membuat dia menjadi luluh, selalu memikirkannya, memberikan suatu perhatian yang lebih, dan yang pasti ada hasrat untuk selalu setiap saat bertemu dengannya.
cinta yang saya maksut di sana adalah cinta kepada lawan jenis. :D
pertama kali saya mengalami perasaan itu semenjak SD kelas 4, ketika saya mulai tertarik dengan seorang cowo, rasanya saya bersemangat ketika setiap waktu selalu ada dia. (kebetulan sekelas sama saya :))
masih ingat betul di pikiran saya pada waktu dimana ada saat yang membuat saya bahagia..hahahaha, sangat ingusan sekali apabila saya sudah merasakan apa itu cinta. tapi apa salahnya , toh itu juga salah satu tanda kan bahwa saya normal....hahaha :D
saya mencicipi pertama kali pacaran semenjak smp, ketika itu saya suangat tertarik dengan seorang cwo yang tipe saya baget. saya dan dia sangat singkat sekali, pada suatu saat saya dengan dia memilih untuk mengakhiri sebuah hubungan itu. -____-
pernah saya berpacaran dengan sesorang yang saya sama sekali tidak ada rasa dengan dia, mencoba sukapun saya tidak bisa. #kasian ya tuh cowo :D
tapi....karna saya merasa kalau apabila hubungan ini di teruskan , jadinya ya gak enak kan, gak ada perasaan saling mencintai :) akhirnya kami berpisah, dan sampai sekarang menjalin hubungan baik.
yang namanya mantan, ya kita kudu bisa menjaga suatu hubungan itu donk, gimanapun dia pernah mengisi hati kita, menjaga kita , dll :) setujuu (y) ??
selain itu saya juga pernah berpacaran dengan "Long Distance" atau pacaran dengan jarak jauh, untuk menjaga hubungan itu hanya memalui komunikasi secara tidak langsung saja, yaa, sesekali bertemu jika ada waktu.
hubungan kami kandas, karena saya merasa tidak cocok :D
kalo sekarang?
emmm, cerita gak yaa..???
-->>>to be continue
Jumat, 02 Maret 2012
Kehidupan
“Aku yang mati, kamu yang enak. Aku yang kejepit, kamu yang melejit. Kamu semua kelihatan saja menangis, meringis, tapi sebetulnya kamu semua tertawa, kamu terus hidup ngakak. Kematianku sudah menghasilkan lebih banyak uang lagi ke dalam bisnismu. Air matamu hanya kelambu untuk menutup segala kebahagiaan dan keuntunganmu menjual berita-berita perih, menciptakan esai-esai, elegi-elegi, balada-balada dan orasi-orasi yang meratapi dan menggugat kematianku. Kamu tidak punya malu lagi mengeruk keun tungan dari orang yang mati!”
Mayat itu mengetuk pintu sebuah media massa yang mengalami cetak ulang ketika memuat secara lengkap cerita dan foto-foto kematiannya. Para wartawan yang ditemuinya semua menghindar, menutupi hidungnya, mengangkat bahu dan menunjuk atasannya. “Tanya Bapak, aku kan hanya menjalankan assignment. ”
Sedang atasannya yang paling atas sibuk menunjuk wakilnya supaya meladeni mayat yang cerewet itu.
Akhirnya sekretaris redaksi, terpaksa membatalkan niatnya untuk pulang lebih dulu. Ia menghadapi mayat itu dengan senyum ramah. Sama-sama wanita, mungkin dapat diselesaikan secara baik-baik.
“Silakan menuliskan semua keberatan Anda terhadap pemberitaan kami. Kalau memang ada yang salah, meskipun kami sudah sangat berhati-hati, kami bersedia untuk meralatnya untuk kebahagiaan dan ketenangan Anda di sana,”
katanya mempersilahkan mayat itu menumpahkan semua sumpah- serapahnya. Mayat itu langsung duduk di depan komputer. Seperti bendungan ambrol, ia menembakkan seluruh unek-unek perutnya. Apa saja yang sudah menyakitkan, apa saja yang sudah menyinggung, semua yang tidak adil, seluruh ketidak- benaran, kesalahkaprahan, bahkan yang mungkin akan menyiksanya di kemudian hari, ia beberkan dengan kata-kata yang tajam dan berbisa. Ia menguras seluruh dendam, luka, prasangka dan kesakitannya. Berjam-jam mayat itu mencurahkan segala tuntutannya. Komputer penuh dengan kata-kata kotor. Dalam uraian mayat itu dunia menjadi pabrik kejahatan yang hanya dihuni oleh bandit-bandit tengik. Moral, susila, tata krama, kepatutan, keluhuran budi apalagi kemanusiaan yang dikibar- kibarkan selama ini, ternyata hanya sebuah koteka, untuk membungkus kebiadaban.
“Semuanya busuk,” erang mayat itu. Ia kemudian lebih banyak mengeram- ngeram seperti kata- kata tak mampu lagi menampung sumpah-serapahnya. Akhirnya ia menggigit kursi sampai cabik-cabik, untuk menahan lonjakan perasaannya yang tertampung oleh layar komputer
Sekretaris panik. Tetapi ketika ia mau lari mengadukan itu kepada atasannya, telepon berbunyi.
“ Biarkan saja, dia memerlukan ventilasi untuk menyalurkan emosinya. Nanti setelah kempes dia kan pergi sendiri. ”
“Tapi kursinya rusak, Pak.
Itu kan baru dibeli. Bagaimana kalau dia menghancurkan komputer. ”
“Biar saja.
Tapi suruh anak-anak siap untuk menjepret. Ini justru bagus untuk publikasi kita !” Sekretaris bengong. Mayat itu berdiri, karena mencabik kursi itu, juga tidak bisa mengurangi tegangan dadanya. Ia lalu menumbukkan kepalanya ke dinding. Sekretaris menutup matanya, lalu lari keluar. Mayat itu membentur dinding begitu kerasnya sehingga foto-foto di dinding berjatuhan. Di antaranya ada gambar garuda. Moncong garuda itu menancap di atas kepalanya. Mayat itu baru menjadi sedikit tenang. Dengan garuda yang masih bertengger di kepalanya, ia kembali ke kursi.
Di situ ia menangis tersedu-sedu. Setelah menangis tersedu-sedu nampaknya sebagian unek-unek tuntutannya berhasil ia lemparkan keluar dari perut, hati dan otaknya. Ia menoleh kembali ke layar komputer dengan lebih santai. Seperti balon kempes, ia menggepeng di atas kursi. Nampak begitu lelah namun damai.
Penjaga kantor yang tua bangka menghampirinya menanyakan apakah ia memerlukan sesuatu. Minuman panas, air dingin untuk penyegar. Mungkin juga makanan, semacam roti bakar yang masih bisa disamber dari perempatan jalan di malam yang selarut itu. Sekaligus mengingatkan bahwa subuh sebentar lagi akan menyundul di langit timur. Mayat itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak menginginkan apa- apa lagi. Seluruhnya mampetan pikirannya sudah tersalurkan. Kini ia memerlukan sebuah tidur yang panjang. Barangkali sepotong dua potong mimpi yang benar-benar mimpi.
Penjaga kantor itu mengerti. Tetapi sebelum pergi meninggalkan tamu eksklusif yang diwanti-wanti oleh sekretaris supaya diperlakukan ekstra istimewa itu, ia sempat mengerling ke atas layar komputer. Ia berdecak-decak kagum. Seakan-akan ikut menikmati kepuasan mayat tersebut. Ini menyebabkan kantuk mayat itu hilang. Ia menoleh pada penjaga malam yang sudah lancang itu dengan mata berkilat-kilat.
“Kamu mengerti?”
“Ya, saya mengerti sekali.”
“Kamu bisa merasakan.”
“Kenapa tidak?
Jelas sekali.”
“Apa kamu menganggap semua ini neko-neko ?”
“Tidak. Itu memang benar.”
Mayat itu menjadi amat girang, menemukan untuk pertama kalinya, orang yang mampu memahami segala tuntutannya.
“Jadi kamu percaya sekarang betapa tidak adilnya semua ini ?”
“Saya percaya.”
Mayat itu mengulurkan tangannya. Penjaga malam itu juga mengulurkan tangannya. Keduanya berjabatan tangan, seperti orang yang mau bersekongkol. Tapi tangan penjaga malam itu dingin seperti beku.
Mayat itu terkejut.
“Kenapa tanganmu dingin sekali?
Kamu takut ?”
“Tidak.”
“Kamu heran atau kaget karena membaca semua ini ?”
“Tidak.”
“Lalu kenapa tanganmu lebih dingin dari es ?”
“Ya memang begini keadaannya?”
“Tapi kenapa?”
“Karena inilah hidup saya.”
Mayat itu terkejut. Ia curiga kalau-kalau bukan menghadapi seorang penjaga malam. Siapa tahu itu agen polisi. Paling sedikit mata- mata yang diutus oleh kepala kantor. Tetapi ketika ia memandangi mata penjaga itu, ia hampir terpekik. Karena di kedua mata nampak ruang kosong.
“Astaga kamu tidak punya mata lagi?”
“Tidak.”
“Tapi kenapa kamu masih bisa melihat?”
“Saya harus bisa melihat meskipun tidak punya mata.”
“Kenapa?”
“Karena itu kewajiban saya.”
Mayat itu bergidik. Bulu kuduknya meremang.
“Apa lagi kewajiban kamu?”
“Semuanya!”
Mayat itu tercengang.
“Kewajiban? Kewajiban apa?
Kamu ngomong seperti seorang budak ?!”
“Ya memang.”
“Apa? Kamu budak?”
“Betul. Saya budak.”
“Budak apa? Budak siapa?”
“Budak segala- galanya. Saya budak komplit. ”
Mayat itu bingung. Dia berdiri dan memperhatikan penjaga itu lebih cermat. Tak puas hanya melihat, ia lalu menyentuh, kemudian meraba- raba, selanjutnya merogoh tubuh penjaga malam itu. Tiba-tiba ia terpekik ngeri.
“Wow! Badan kamu seperti tak punya tulang.
Daging kamu bonyok !”
“Memang!”
“Bukan cuma itu, aku jadi curiga,
jangan-jangan kamu, maaf boleh aku kobok sekali lagi ?”
“Silakan.”
Mayat itu mendekat, lalu ngobok sekali badan penjaga malam itu. Ia terpekik kembali dan meloncat keluar. Matanya sampai tumpah keluar karena takjub.
“Ya Tuhan,
kamu kok sepertinya tidak punya hati dan juga tidak punya otak. ”
“Memang begitu.”
“Apa?
Kamu betul- betul tidak punya perasaan dan pikiran ?”
“Betul.”
“Edan!”
“Ya.
Jangankan perasaan dan pikiran. Apa pun saya tidak punya. Lihat kemaluan juga tidak ada lagi. Maaf ya … .”
Penjaga malam itu membuka seluruh pakaiannya. Mayat itu menggigil. Orang itu memang sudah dikebiri total. Seluruh kema luannya, termasuk kedua biji buah ampulurnya sudah dicomot. Ia tak punya segala- galanya.
“Kamu sudah bangkrut sebangkrut- bangkrutnya. Kamu tidak punya apa-apa kamu sudah kalah komplit. Apa kamu bukan manusia?” “Saya manusia.”
“Apa kamu sakti?”
“Tidak!”
“Lha kenapa kamu bisa hidup?”
“Ya begitulah.
Saya harus hidup, meskipun tidak punya semua itu lagi. ”
“Tidak mungkin!”
“Memang tidak mungkin, tetapi apa boleh buat, wong ini harus, kok. Ini kewajiban saya. ”
Mayat itu berpikir keras. Lalu menggeleng- gelengkan kepala nya.
“Siapa sih sebenarnya kamu?”
“Boleh panggil saya siapa saja, saya tidak pilih-pilih nama.
Terserah orang, suka manggil saya apa saja, silahkan, saya manut-manut saja. ”
“Itu namanya pasrah. Apa kamu orang Jawa ?”
Penjaga malam itu berpikir.
“Nah sekarang kamu berpikir!”
“Bukan begitu.
Saya memang telmi, telat mikir. ” “Coba ceritakan sedikit kehidupan kamu. Gaji kamu berapa sih. Pasti besar sekali karena kewajiban kamu begitu berat. Berapa?”
“Tiga puluh.”
“Tiga puluh juta?”
“Bukan tiga puluh saja.”
“Maksud kamu gaji kamu seperak satu hari ?”
“Ya.”
“Gila!
Bagaimana kamu bisa hidup hanya dengan gaji begitu ?”
“Itu juga dianggap sudah terlalu banyak. Bukan hanya saya yang harus hidup. Istri saya dan sepuluh orang anak saya juga harus hidup.”
Mayat itu ternganga. Ia pelan-pelan duduk kembali. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang yang bergaji seperak satu hari dengan tanggungan istri dan 10 anak bisa hidup. Pasti penjaga malam itu korupsi.
“Kamu pasti korupsi?”
“Tidak, Pak. Saya hanya jualan kertas- kertas kantor yang sudah tidak terpakai. ”
“Kalau begitu kamu ngobyek!”
“Terserah, Pak.”
“Kamu korupsi!”
“Apa itu korupsi, Pak?”
“Jelas!”
“Ya sudah.”
Mayat itu termenung. Ia lupa pada masalahnya sendiri dan mulai kagum.
Memang pada orang kecil sering muncul sifat- sifat luhur yang dahsyat.
“Kamu luar biasa,”
gumam mayat itu terpesona.
“Orang lain sudah mati kalau kondisinya seperti kamu ini.”
“Memang saya sudah mati.”
“Ah! Apa?”
“Kata saya, saya sudah mati.”
“Kamu sudah mati.”
“Ya.”
“Jadi kamu ini mayat?”
“Betul sekali.”
“Mayat seperti gua ini?”
“Benar!”
“Wow! Kalau begitu kita sama dong!” teriak mayat itu kegi rangan karena merasa mendapat seorang teman secara tiba-tiba, sambil mengulurkan tangannya mau berjabatan. Tetapi sekali ini, penjaga malam itu tak menyambut uluran tangannya.
“Ayo salaman, kita sama! Tadinya kukira aku sendirian. Sekarang aku tahu masih ada orang lain. Sedikitnya kita bisa berbagi kemalangan.
Ayo salaman !”
Penjaga malam itu menggeleng.
“Tidak bisa.”
“Kenapa tidak bisa?
Kamu tidak mau salaman? Ini hanya ekspresi bukan kolusi,
jangan takut, tidak akan dituntut. ”
“Tidak bisa.
Saya tidak bisa salaman.
Jangan keliru. ”
“Keliru bagaimana?”
“Saya bukan mayat seperti situ.”
“Lho tadi kamu bilang kamu mayat?”
“Betul.”
“Tetapi bukan?”
“Betul sekali.
Saya memang mayat, tetapi bukan. ”
“Kenapa bukan?”
“Karena meskipun saya mayat, tempat saya tidak di kuburan.
Tetapi di kantor ini. ”
“O kalau begitu kamu hantu?”
“Apa saya hantu?”
“Ya kamu hantu kalau begitu!”
“Ya sudah.
Boleh juga saya disebut begitu. ”
Mayat itu berpikir.
“Kamu jangan main- main. Ini bukan waktunya untuk guyonan. ”
“Tidak bisa. Saya tidak bisa salaman.
Jangan keliru. ”
“Keliru bagaimana?”
“Saya bukan mayat seperti situ.”
“Lho tadi kamu bilang kamu mayat?”
“Betul.”
“Tetapi bukan?”
“Betul sekali. Saya memang mayat, tetapi bukan. ”
“Kenapa bukan?”
“Karena meskipun saya mayat, tempat saya tidak di kuburan. Tetapi di kantor ini. ”
“O kalau begitu kamu hantu?”
“Apa saya hantu?”
“Ya kamu hantu kalau begitu!”
“Ya sudah.
Boleh juga saya disebut begitu. ”
Mayat itu berpikir.
“Kamu jangan main- main. Ini bukan waktunya untuk guyonan. ”
Penjaga malam itu tiba-tiba keluar dari gelap dengan tergo poh-gopoh menghampiri.
“Maaf, memanggil saya, perlu sesuatu?”
Mayat itu terkejut. “O tidak, tidak, sudah cukup.
Aku tidak perlu apa-apa lagi !”
Penjaga malam itu mengangguk, lalu kembali lagi ke tempatnya. Waktu itu mayat itu merasa malu hati. Diliriknya komputer yang penuh dengan tumpahan tuntutannya.
Setelah melihat nasib penjaga malam itu, apa yang dirasanya sebagai kesakitan, seperti tidak ada artinya sama sekali. Ia merasa sudah terlalu cengeng. Sambil menggeleng- gelengkan kepalanya seakan-akan sudah berbuat kekeliruan yang fatal, mayat itu lalu kembali kepada komputernya.
Disertai penyesalan penuh, hanya dengan satu gera kan, ia menyentuh keybord komputer untuk menghapus semua keluh- kesahnya. Tetapi apa daya, seluruh tulisan di dalam komputer itu sudah diprotek, sama sekali tidak bisa dihapus lagi. Ia abadi.***
Mayat itu mengetuk pintu sebuah media massa yang mengalami cetak ulang ketika memuat secara lengkap cerita dan foto-foto kematiannya. Para wartawan yang ditemuinya semua menghindar, menutupi hidungnya, mengangkat bahu dan menunjuk atasannya. “Tanya Bapak, aku kan hanya menjalankan assignment. ”
Sedang atasannya yang paling atas sibuk menunjuk wakilnya supaya meladeni mayat yang cerewet itu.
Akhirnya sekretaris redaksi, terpaksa membatalkan niatnya untuk pulang lebih dulu. Ia menghadapi mayat itu dengan senyum ramah. Sama-sama wanita, mungkin dapat diselesaikan secara baik-baik.
“Silakan menuliskan semua keberatan Anda terhadap pemberitaan kami. Kalau memang ada yang salah, meskipun kami sudah sangat berhati-hati, kami bersedia untuk meralatnya untuk kebahagiaan dan ketenangan Anda di sana,”
katanya mempersilahkan mayat itu menumpahkan semua sumpah- serapahnya. Mayat itu langsung duduk di depan komputer. Seperti bendungan ambrol, ia menembakkan seluruh unek-unek perutnya. Apa saja yang sudah menyakitkan, apa saja yang sudah menyinggung, semua yang tidak adil, seluruh ketidak- benaran, kesalahkaprahan, bahkan yang mungkin akan menyiksanya di kemudian hari, ia beberkan dengan kata-kata yang tajam dan berbisa. Ia menguras seluruh dendam, luka, prasangka dan kesakitannya. Berjam-jam mayat itu mencurahkan segala tuntutannya. Komputer penuh dengan kata-kata kotor. Dalam uraian mayat itu dunia menjadi pabrik kejahatan yang hanya dihuni oleh bandit-bandit tengik. Moral, susila, tata krama, kepatutan, keluhuran budi apalagi kemanusiaan yang dikibar- kibarkan selama ini, ternyata hanya sebuah koteka, untuk membungkus kebiadaban.
“Semuanya busuk,” erang mayat itu. Ia kemudian lebih banyak mengeram- ngeram seperti kata- kata tak mampu lagi menampung sumpah-serapahnya. Akhirnya ia menggigit kursi sampai cabik-cabik, untuk menahan lonjakan perasaannya yang tertampung oleh layar komputer
Sekretaris panik. Tetapi ketika ia mau lari mengadukan itu kepada atasannya, telepon berbunyi.
“ Biarkan saja, dia memerlukan ventilasi untuk menyalurkan emosinya. Nanti setelah kempes dia kan pergi sendiri. ”
“Tapi kursinya rusak, Pak.
Itu kan baru dibeli. Bagaimana kalau dia menghancurkan komputer. ”
“Biar saja.
Tapi suruh anak-anak siap untuk menjepret. Ini justru bagus untuk publikasi kita !” Sekretaris bengong. Mayat itu berdiri, karena mencabik kursi itu, juga tidak bisa mengurangi tegangan dadanya. Ia lalu menumbukkan kepalanya ke dinding. Sekretaris menutup matanya, lalu lari keluar. Mayat itu membentur dinding begitu kerasnya sehingga foto-foto di dinding berjatuhan. Di antaranya ada gambar garuda. Moncong garuda itu menancap di atas kepalanya. Mayat itu baru menjadi sedikit tenang. Dengan garuda yang masih bertengger di kepalanya, ia kembali ke kursi.
Di situ ia menangis tersedu-sedu. Setelah menangis tersedu-sedu nampaknya sebagian unek-unek tuntutannya berhasil ia lemparkan keluar dari perut, hati dan otaknya. Ia menoleh kembali ke layar komputer dengan lebih santai. Seperti balon kempes, ia menggepeng di atas kursi. Nampak begitu lelah namun damai.
Penjaga kantor yang tua bangka menghampirinya menanyakan apakah ia memerlukan sesuatu. Minuman panas, air dingin untuk penyegar. Mungkin juga makanan, semacam roti bakar yang masih bisa disamber dari perempatan jalan di malam yang selarut itu. Sekaligus mengingatkan bahwa subuh sebentar lagi akan menyundul di langit timur. Mayat itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak menginginkan apa- apa lagi. Seluruhnya mampetan pikirannya sudah tersalurkan. Kini ia memerlukan sebuah tidur yang panjang. Barangkali sepotong dua potong mimpi yang benar-benar mimpi.
Penjaga kantor itu mengerti. Tetapi sebelum pergi meninggalkan tamu eksklusif yang diwanti-wanti oleh sekretaris supaya diperlakukan ekstra istimewa itu, ia sempat mengerling ke atas layar komputer. Ia berdecak-decak kagum. Seakan-akan ikut menikmati kepuasan mayat tersebut. Ini menyebabkan kantuk mayat itu hilang. Ia menoleh pada penjaga malam yang sudah lancang itu dengan mata berkilat-kilat.
“Kamu mengerti?”
“Ya, saya mengerti sekali.”
“Kamu bisa merasakan.”
“Kenapa tidak?
Jelas sekali.”
“Apa kamu menganggap semua ini neko-neko ?”
“Tidak. Itu memang benar.”
Mayat itu menjadi amat girang, menemukan untuk pertama kalinya, orang yang mampu memahami segala tuntutannya.
“Jadi kamu percaya sekarang betapa tidak adilnya semua ini ?”
“Saya percaya.”
Mayat itu mengulurkan tangannya. Penjaga malam itu juga mengulurkan tangannya. Keduanya berjabatan tangan, seperti orang yang mau bersekongkol. Tapi tangan penjaga malam itu dingin seperti beku.
Mayat itu terkejut.
“Kenapa tanganmu dingin sekali?
Kamu takut ?”
“Tidak.”
“Kamu heran atau kaget karena membaca semua ini ?”
“Tidak.”
“Lalu kenapa tanganmu lebih dingin dari es ?”
“Ya memang begini keadaannya?”
“Tapi kenapa?”
“Karena inilah hidup saya.”
Mayat itu terkejut. Ia curiga kalau-kalau bukan menghadapi seorang penjaga malam. Siapa tahu itu agen polisi. Paling sedikit mata- mata yang diutus oleh kepala kantor. Tetapi ketika ia memandangi mata penjaga itu, ia hampir terpekik. Karena di kedua mata nampak ruang kosong.
“Astaga kamu tidak punya mata lagi?”
“Tidak.”
“Tapi kenapa kamu masih bisa melihat?”
“Saya harus bisa melihat meskipun tidak punya mata.”
“Kenapa?”
“Karena itu kewajiban saya.”
Mayat itu bergidik. Bulu kuduknya meremang.
“Apa lagi kewajiban kamu?”
“Semuanya!”
Mayat itu tercengang.
“Kewajiban? Kewajiban apa?
Kamu ngomong seperti seorang budak ?!”
“Ya memang.”
“Apa? Kamu budak?”
“Betul. Saya budak.”
“Budak apa? Budak siapa?”
“Budak segala- galanya. Saya budak komplit. ”
Mayat itu bingung. Dia berdiri dan memperhatikan penjaga itu lebih cermat. Tak puas hanya melihat, ia lalu menyentuh, kemudian meraba- raba, selanjutnya merogoh tubuh penjaga malam itu. Tiba-tiba ia terpekik ngeri.
“Wow! Badan kamu seperti tak punya tulang.
Daging kamu bonyok !”
“Memang!”
“Bukan cuma itu, aku jadi curiga,
jangan-jangan kamu, maaf boleh aku kobok sekali lagi ?”
“Silakan.”
Mayat itu mendekat, lalu ngobok sekali badan penjaga malam itu. Ia terpekik kembali dan meloncat keluar. Matanya sampai tumpah keluar karena takjub.
“Ya Tuhan,
kamu kok sepertinya tidak punya hati dan juga tidak punya otak. ”
“Memang begitu.”
“Apa?
Kamu betul- betul tidak punya perasaan dan pikiran ?”
“Betul.”
“Edan!”
“Ya.
Jangankan perasaan dan pikiran. Apa pun saya tidak punya. Lihat kemaluan juga tidak ada lagi. Maaf ya … .”
Penjaga malam itu membuka seluruh pakaiannya. Mayat itu menggigil. Orang itu memang sudah dikebiri total. Seluruh kema luannya, termasuk kedua biji buah ampulurnya sudah dicomot. Ia tak punya segala- galanya.
“Kamu sudah bangkrut sebangkrut- bangkrutnya. Kamu tidak punya apa-apa kamu sudah kalah komplit. Apa kamu bukan manusia?” “Saya manusia.”
“Apa kamu sakti?”
“Tidak!”
“Lha kenapa kamu bisa hidup?”
“Ya begitulah.
Saya harus hidup, meskipun tidak punya semua itu lagi. ”
“Tidak mungkin!”
“Memang tidak mungkin, tetapi apa boleh buat, wong ini harus, kok. Ini kewajiban saya. ”
Mayat itu berpikir keras. Lalu menggeleng- gelengkan kepala nya.
“Siapa sih sebenarnya kamu?”
“Boleh panggil saya siapa saja, saya tidak pilih-pilih nama.
Terserah orang, suka manggil saya apa saja, silahkan, saya manut-manut saja. ”
“Itu namanya pasrah. Apa kamu orang Jawa ?”
Penjaga malam itu berpikir.
“Nah sekarang kamu berpikir!”
“Bukan begitu.
Saya memang telmi, telat mikir. ” “Coba ceritakan sedikit kehidupan kamu. Gaji kamu berapa sih. Pasti besar sekali karena kewajiban kamu begitu berat. Berapa?”
“Tiga puluh.”
“Tiga puluh juta?”
“Bukan tiga puluh saja.”
“Maksud kamu gaji kamu seperak satu hari ?”
“Ya.”
“Gila!
Bagaimana kamu bisa hidup hanya dengan gaji begitu ?”
“Itu juga dianggap sudah terlalu banyak. Bukan hanya saya yang harus hidup. Istri saya dan sepuluh orang anak saya juga harus hidup.”
Mayat itu ternganga. Ia pelan-pelan duduk kembali. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang yang bergaji seperak satu hari dengan tanggungan istri dan 10 anak bisa hidup. Pasti penjaga malam itu korupsi.
“Kamu pasti korupsi?”
“Tidak, Pak. Saya hanya jualan kertas- kertas kantor yang sudah tidak terpakai. ”
“Kalau begitu kamu ngobyek!”
“Terserah, Pak.”
“Kamu korupsi!”
“Apa itu korupsi, Pak?”
“Jelas!”
“Ya sudah.”
Mayat itu termenung. Ia lupa pada masalahnya sendiri dan mulai kagum.
Memang pada orang kecil sering muncul sifat- sifat luhur yang dahsyat.
“Kamu luar biasa,”
gumam mayat itu terpesona.
“Orang lain sudah mati kalau kondisinya seperti kamu ini.”
“Memang saya sudah mati.”
“Ah! Apa?”
“Kata saya, saya sudah mati.”
“Kamu sudah mati.”
“Ya.”
“Jadi kamu ini mayat?”
“Betul sekali.”
“Mayat seperti gua ini?”
“Benar!”
“Wow! Kalau begitu kita sama dong!” teriak mayat itu kegi rangan karena merasa mendapat seorang teman secara tiba-tiba, sambil mengulurkan tangannya mau berjabatan. Tetapi sekali ini, penjaga malam itu tak menyambut uluran tangannya.
“Ayo salaman, kita sama! Tadinya kukira aku sendirian. Sekarang aku tahu masih ada orang lain. Sedikitnya kita bisa berbagi kemalangan.
Ayo salaman !”
Penjaga malam itu menggeleng.
“Tidak bisa.”
“Kenapa tidak bisa?
Kamu tidak mau salaman? Ini hanya ekspresi bukan kolusi,
jangan takut, tidak akan dituntut. ”
“Tidak bisa.
Saya tidak bisa salaman.
Jangan keliru. ”
“Keliru bagaimana?”
“Saya bukan mayat seperti situ.”
“Lho tadi kamu bilang kamu mayat?”
“Betul.”
“Tetapi bukan?”
“Betul sekali.
Saya memang mayat, tetapi bukan. ”
“Kenapa bukan?”
“Karena meskipun saya mayat, tempat saya tidak di kuburan.
Tetapi di kantor ini. ”
“O kalau begitu kamu hantu?”
“Apa saya hantu?”
“Ya kamu hantu kalau begitu!”
“Ya sudah.
Boleh juga saya disebut begitu. ”
Mayat itu berpikir.
“Kamu jangan main- main. Ini bukan waktunya untuk guyonan. ”
“Tidak bisa. Saya tidak bisa salaman.
Jangan keliru. ”
“Keliru bagaimana?”
“Saya bukan mayat seperti situ.”
“Lho tadi kamu bilang kamu mayat?”
“Betul.”
“Tetapi bukan?”
“Betul sekali. Saya memang mayat, tetapi bukan. ”
“Kenapa bukan?”
“Karena meskipun saya mayat, tempat saya tidak di kuburan. Tetapi di kantor ini. ”
“O kalau begitu kamu hantu?”
“Apa saya hantu?”
“Ya kamu hantu kalau begitu!”
“Ya sudah.
Boleh juga saya disebut begitu. ”
Mayat itu berpikir.
“Kamu jangan main- main. Ini bukan waktunya untuk guyonan. ”
Penjaga malam itu tiba-tiba keluar dari gelap dengan tergo poh-gopoh menghampiri.
“Maaf, memanggil saya, perlu sesuatu?”
Mayat itu terkejut. “O tidak, tidak, sudah cukup.
Aku tidak perlu apa-apa lagi !”
Penjaga malam itu mengangguk, lalu kembali lagi ke tempatnya. Waktu itu mayat itu merasa malu hati. Diliriknya komputer yang penuh dengan tumpahan tuntutannya.
Setelah melihat nasib penjaga malam itu, apa yang dirasanya sebagai kesakitan, seperti tidak ada artinya sama sekali. Ia merasa sudah terlalu cengeng. Sambil menggeleng- gelengkan kepalanya seakan-akan sudah berbuat kekeliruan yang fatal, mayat itu lalu kembali kepada komputernya.
Disertai penyesalan penuh, hanya dengan satu gera kan, ia menyentuh keybord komputer untuk menghapus semua keluh- kesahnya. Tetapi apa daya, seluruh tulisan di dalam komputer itu sudah diprotek, sama sekali tidak bisa dihapus lagi. Ia abadi.***
Langganan:
Postingan (Atom)